EdukasiPendidikan

Memberikan Pemahaman Managemen Keuangan pada Siswa

Mempersiapkan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk masa depan tidak hanya terbatas pada pencapaian akademik; hal ini juga mencakup bekal vital berupa keterampilan hidup, dan di antara keterampilan tersebut, Managemen Keuangan menempati posisi yang sangat krusial. Pemahaman yang kuat tentang Managemen Keuangan memungkinkan remaja untuk membuat keputusan yang cerdas mengenai uang saku, tabungan, dan rencana keuangan jangka pendek maupun panjang. Di tengah maraknya tawaran pinjaman daring dan konsumerisme di kalangan muda, sekolah memiliki tanggung jawab untuk Menanamkan Etika finansial yang baik sebelum siswa melangkah ke dunia kuliah atau kerja yang penuh tantangan.

Sayangnya, pemahaman praktis tentang Managemen Keuangan masih sering terabaikan dalam kurikulum formal. Padahal, kurangnya pemahaman tentang anggaran, utang, dan investasi sederhana dapat berdampak signifikan pada stabilitas finansial mereka di masa depan. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Lembaga Penelitian Ekonomi dan Bisnis (LPEB) pada awal tahun 2025 menunjukkan bahwa lebih dari 60% remaja berusia 18-24 tahun di Indonesia membuat keputusan finansial yang impulsif atau tidak direncanakan, mayoritas disebabkan oleh minimnya pendidikan formal mengenai pengelolaan uang. Angka ini menjadi alarm bagi institusi pendidikan untuk segera Mengintegrasikan Coding dasar keuangan dan literasi finansial ke dalam aktivitas belajar.

Untuk memberikan pemahaman Managemen Keuangan yang efektif, sekolah dapat menerapkan metode experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman. Siswa dapat dilibatkan dalam simulasi, seperti membuat anggaran bulanan untuk proyek sekolah atau mengelola dana untuk kegiatan gathering kelas. Misalnya, OSIS SMAN 45 Jakarta, dalam menyelenggarakan acara pensi (Pentas Seni) pada Sabtu, 7 Desember 2025, dituntut untuk menyusun proposal anggaran yang rinci, melacak setiap pengeluaran, dan menyajikan laporan laba rugi di akhir acara. Proses ini mengajarkan mereka secara praktis tentang cash flow dan pentingnya akuntabilitas dalam Managemen Keuangan nyata.

Selain itu, sekolah harus mengenalkan konsep investasi dan compound interest (bunga majemuk) sejak dini. Konsep-konsep ini tidak harus diajarkan dengan formula yang rumit, tetapi dapat disederhanakan melalui studi kasus yang relatable. Guru dapat mengundang profesional keuangan atau perencana keuangan bersertifikat untuk memberikan workshop yang fokus pada financial freedom di usia muda. Dengan langkah-langkah proaktif ini, seperti yang dilakukan oleh guru BK di SMA Harapan Bangsa yang kini menyertakan sesi konsultasi perencanaan keuangan pasca-lulus, siswa tidak hanya dibekali dengan pengetahuan teoretis, tetapi juga Pilihan Belajar yang jelas mengenai cara mengamankan masa depan finansial mereka. Dengan demikian, Managemen Keuangan bukan lagi sekadar mata pelajaran tambahan, melainkan kompetensi inti untuk kesuksesan hidup.