Sistem Pengawasan dan Evaluasi yang Lemah: Menghambat Kualitas Pendidikan
Sistem Pengawasan dan evaluasi yang lemah dari dinas pendidikan masih menjadi isu krusial dalam upaya peningkatan kualitas implementasi kebijakan di sekolah. Kurangnya pengawasan yang efektif, ditambah evaluasi yang kurang berbasis data akurat, dapat menyebabkan program-program pendidikan tidak berjalan optimal. Hal ini berpotensi menghambat tercapainya tujuan pendidikan nasional secara menyeluruh, menciptakan disparitas kualitas.
Salah satu dampak dari Sistem Pengawasan yang lemah adalah minimnya akuntabilitas. Sekolah mungkin tidak sepenuhnya mematuhi standar kurikulum atau menggunakan dana BOS secara efisien jika pengawasan tidak ketat. Tanpa mekanisme feedback yang kuat, sulit untuk mengidentifikasi masalah sejak dini dan memberikan intervensi yang tepat, sehingga masalah terus berlarut-larut tanpa solusi.
Evaluasi yang kurang berbasis data akurat juga menjadi persoalan serius dalam Sistem Pengawasan. Keputusan kebijakan seringkali didasarkan pada laporan yang tidak lengkap atau bias. Akibatnya, program yang diluncurkan mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan, atau tidak efektif dalam mengatasi masalah yang sebenarnya, menghabiskan sumber daya secara tidak efisien.
Sistem Pengawasan yang pasif juga dapat memperlambat inovasi. Jika sekolah tidak mendapatkan bimbingan atau dorongan yang cukup dari dinas pendidikan, mereka cenderung stagnan dan enggan mencoba metode pembelajaran baru. Ini menghambat perkembangan kurikulum dan adaptasi terhadap perubahan zaman, membuat pendidikan menjadi kurang relevan.
Selain itu, Sistem Pengawasan yang lemah juga membuka celah bagi praktik-praktik yang tidak sesuai dengan etika. Kualitas pendidikan bisa menurun karena kurangnya standar yang ditegakkan, atau terjadi penyalahgunaan sumber daya. Ini merugikan siswa, guru, dan citra institusi pendidikan secara keseluruhan, mengurangi kepercayaan publik.
Pemerintah sebenarnya telah berupaya meningkatkan Sistem Pengawasan melalui berbagai pelatihan bagi pengawas sekolah dan penerapan teknologi informasi. Namun, tantangan seperti keterbatasan jumlah pengawas, wilayah geografis yang luas, dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya data masih menjadi hambatan yang perlu diatasi secara konsisten.
Untuk memperkuat Sistem Pengawasan, diperlukan pendekatan yang lebih proaktif dan partisipatif. Pengawas tidak hanya berfungsi sebagai penilai, tetapi juga sebagai fasilitator dan mentor bagi sekolah. Mereka perlu membangun hubungan yang kolaboratif, bukan sekadar relasi hierarkis yang kaku, sehingga komunikasi terjalin lebih baik.
Pemanfaatan teknologi juga harus dioptimalkan. Platform digital untuk pelaporan real-time dan analisis data dapat membantu dinas pendidikan mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi di lapangan. Ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan berbasis bukti, meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan.